Tukad Teba Jadi Saksi Semangat LPM Denpasar Tebar 5.000 Bibit Ikan dan Eco-Enzyme demi Jagat Kerthi

3 days ago 2
ARTICLE AD BOX
Kegiatan yang digagas DPC LPM Kecamatan Denpasar Utara dan LPM Desa Dauh Puri Kaja ini tak hanya menjadi simbol gotong royong, tapi juga pesan kuat bahwa ekosistem sungai di jantung kota tak boleh diabaikan.

Perbekel Desa Dauh Puri Kaja, I Gusti Ketut Sucipta, mengungkapkan bahwa kegiatan ini menjadi langkah konkret menjaga kelestarian air dan mengembalikan fungsi sungai sebagai sumber kehidupan.

“Bukan hanya bersih-bersih. Ini langkah spiritual dan ekologis untuk memuliakan air. Sungai di perkotaan banyak yang rusak karena sampah. Dengan menebar ikan dan ekoenzim, kami ingin menghidupkan kembali ekosistem yang mati,” ujar alumnus Teknik Sipil Universitas Warmadewa ini.

Ia juga menyampaikan harapan ke depan agar benih yang ditebar tak hanya sebatas ikan nila, tetapi juga ikan lokal langka seperti ikan julit dan empas—kerabat kura-kura air tawar.

Ditegaskan pula, Tukad Teba bukan tempat asing dalam gerakan peduli lingkungan. Sebelumnya, kawasan ini pernah disentuh oleh Komunitas Peduli Sungai (KPS) Alu Paling bersama tokoh masyarakat setempat.

Dalam kegiatan tersebut turut hadir Dinas Perikanan Kota Denpasar, RSUD Wangaya sebagai ‘bapak angkat’ kebersihan lingkungan Desa Dauh Puri Kaja, serta perwakilan PUPR Kota Denpasar, kelian adat, dan kepala dusun setempat.

Sementara itu, Ketua DPC LPM Kecamatan Denpasar Utara yang juga Ketua LPM Desa Dauh Puri Kaja, I Made Suryadarma, menyampaikan alasan pemilihan Tukad Teba sebagai lokasi kegiatan.

“Tukad Teba selama ini belum tersentuh. Lingkungannya masih alami dengan batu-batu sungai yang asri, tapi ironisnya kurang diperhatikan karena letaknya di dalam gang. Kami ingin mengangkat kembali eksistensi sungai ini,” ujarnya.

Ia menambahkan, 5.000 bibit ikan nila yang ditebar merupakan bantuan dari Dinas Perikanan Kota Denpasar, sementara eco-enzyme didukung oleh pemerhati lingkungan, Putu Hardianto.

Bulan Bakti LPM, katanya, tidak hanya soal gotong royong membersihkan sungai, tetapi juga aksi kemanusiaan seperti pembagian sembako, bantuan untuk warga disabilitas, serta dukungan terhadap seni dan budaya lokal.

Suryadarma juga menyoroti pentingnya edukasi sosial demi mencegah maraknya kasus sosial seperti kekerasan, bunuh diri, dan kriminalitas di lingkungan. “Kami ingin menanamkan kesadaran bahwa menjaga lingkungan bukan sekadar teori, tapi harus nyata di lapangan,” tegasnya.

Ia berharap sungai tak lagi dipandang sebelah mata. “Air itu mahal. Air bagian dari Panca Maha Bhuta. Menjaga sungai adalah bagian dari menjaga semesta, bagian dari Jagat Kerthi,” pungkasnya.

Menariknya, seluruh prosesi penebaran ikan dan penuangan eco-enzyme diawali dengan upacara matur piuning atau permohonan izin secara niskala melalui penghaturkan pejati. Sebuah simbol keselarasan antara alam, manusia, dan spiritualitas yang menjadi ruh kegiatan ini. *m03

Read Entire Article