ARTICLE AD BOX
Para preman ini sering bergabung membentuk geng untuk menjalankan aksi. Mereka memproklamirkan diri sebagai organisasi dengan tujuan mulia: demi keadilan, kesetaraan, membela kaum papa dan tertindas. Tapi semua orang pada akhirnya tahu, mereka adalah para pengangguran yang sering bikin onar, baku hantam, suka mabuk, saling tikam menyelesaikan masalah. Jika antar-geng berkelahi, lingkungan jadi mencekam dan mengerikan. Mereka menebas lawan di siang bolong, menggeletakkan mayatnya bersimbah darah di pinggir jalan.
Premanisme mengedepankan keberanian berkelompok, persaudaraan, kesetiaan kepada keluarga besar yang mereka bangun. Seperti lazimnya sebuah keluarga, selalu ada yang berbeda, bikin onar, tidak puas, menjadi sempalan. Maka bakalan muncul geng baru akibat konflik internal atau pengkhianatan pada sumpah dan janji.
Kelompok baru ini menjadi pesaing, merebut wilayah yang menjadi tambang rezeki. Dan dendam menjadi ciri pergolakan antar-geng itu, seperti dalam film Gangs of New York (2002) disutradarai Martin Scorsese, dibintangi Leonardo DiCaprio, Cameron Diaz.
Film drama kriminal epik bersejarah yang meraih 10 nominasi Oscar ini, berkisah tentang pergolakan sosial, balas dendam, dan kejahatan di lingkungan kumuh Five Points, Manhattan, tahun 1846, antara geng protestanisme dengan imigran katolik Irlandia. Putra ketua geng yang terbunuh bersembunyi, enam belas tahun kemudian ia membalas dendam. Ia membunuh pesaingnya dengan belati yang digunakan membunuh ayahnya. Mirip cerita keris Empu Gandring yang dikisahkan membunuh raja-raja dan keturunannya di zaman Ken Arok pendiri Singasari.
Gangs of New York difilmkan berdasarkan buku karya Herbert Asbury. Ini bukan novel, tapi buku nonfiksi. Banyak fakta dan referensi di sana, pertanda geng itu memang sejak lama ada, tidak cuma di daerah-daerah urban, tapi juga di pelosok desa. Bukan isapan jempol, tidak rumor.
Ken Arok juga punya geng. Ia dikenal sebagai preman bagi orang-orang kaya. Seperti kisah Robin Hood di Inggris sana, Arok suka membagi jarahannya buat orang melarat. Jika kita telusuri banyak orang penting, pemimpin, bangsawan, orang terhormat, mereka yang disanjung-sanjung, mengawali kiprahnya sebagai preman. Kecerdasan dan keberaniannya menjadi hebat lewat tindakan-tindakan brutal. Masyarakat juga acap mengakui, tokoh-tokoh preman itu orang-orang hebat. Diam-diam kita kagum sama preman, meski membencinya sampai ke ulu hati.
Bisa jadi sebagian besar orang pernah berperilaku preman, ketika di sekolah dasar atau sekolah menengah, memalak rekan sepermainan, mengancam ketika meminta duit buat beli kerupuk, permen atau es lilin. Semasa kecil, ketika muda, kita melakukan premanisme sama sanak saudara, memaksa minta duit pada sepupu. Atau dengan halus memaksa dibelikan tiket konser.
Saat kanak-kanak, jika anak atau cucu kita begitu energik, baru bisa melangkah tertatih-tatih tapi suka mengobrak-abrik kamar, kalau menangis melengking menjerit-jerit, tanpa sadar kita berujar, “Wah, kayak preman saja. Hahaha.” Seumur-umur ternyata kita dikelilingi preman.
Preman yang suka memalak, mengancam minta bayaran pada penjaga warung, diibaratkan sebagai bhuta kala, makhluk bawah yang tak tampak namun suka mengguncang kedamaian jagat jika tidak dikasih suguhah. Maka sebelum upacara dimulai orang menghaturkan sesaji segehan, biar acara lancar, tidak diganggu makhluk halus. Muncul pendapat, sebaiknya preman itu diajak berunding, tawar menawar, dibonsai saja, bikin kerdil. Jangan sampai mereka menjadi besar, akarnya bisa merobohkan pagar dan tembok rumah.
Tapi banyak orang menolak. “Setan kok diajak berunding. Tumpas saja!” Golongan ini berpendapat, para koruptor yang menilep uang rakyat itu juga setan, jadi harus dibasmi, bukan diajak kompromi. Mereka itu lebih preman dari preman. Dalam Gangs of New York para preman itu dihabisi pemerintah.
Riwayat bumi ini adalah sejarah premanisme, tentang yang kuat fisik dan akal unggul bakal menang. Negara dideklarasikan untuk membongkar dan melawan preman terorganisir itu. Tapi, ada banyak negara yang justru digerakkan oleh tokoh-tokoh berperilaku preman, sementara yang dibutuhkan rakyat adalah negarawan. 7