ARTICLE AD BOX
Pengerjaan ogoh-ogoh dilakukan sejak dua bulan sebelum Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947 yang jatuh pada 29 Maret 2025 lalu.
Ketua tim kreatif, I Made Wahyu Dharma Putra menjelaskan, ogoh-ogoh ini lahir dari keprihatinan terhadap meningkatnya fenomena aborsi dan pembuangan bayi.
“Kami ingin menyuarakan pesan penting: jangan anggap remeh kehidupan janin. Mereka tidak berdosa,” ujar Wahyu.
Simbol Penyesalan dan Harapan
Ogoh-ogoh Warak Keruron menampilkan sosok Dewi Durga yang menginjak kepala seorang ibu, simbol peringatan bagi perempuan agar tidak gegabah dalam mengambil keputusan, khususnya soal kehamilan. Di atas Dewi Durga terdapat janin yang telah berubah menjadi bhuta kala, menggambarkan arwah bayi yang menggugat orangtuanya karena digugurkan.
“Kami ingin memberi peringatan bahwa menggugurkan bayi adalah tindakan berat, tidak hanya secara moral tapi juga spiritual,” jelas Wahyu.
Berbeda dari kebanyakan ogoh-ogoh yang kini menggunakan ulatan bambu sebagai pengganti gabus, ogoh-ogoh ini dibuat sepenuhnya dari kertas solex, sebagai bentuk inovasi baru yang diklaim lebih efisien dari segi waktu pengerjaan.
Namun demikian, biaya produksi membengkak hingga dua kali lipat. Anggaran awal sebesar Rp30 juta melonjak menjadi Rp60 juta, terutama karena tambahan kebutuhan logistik untuk parade di pusat kota.
“Biaya membengkak, tapi ini bentuk totalitas kami untuk berkarya dan menyampaikan pesan sosial,” kata Wahyu.
Panggung ogoh-ogoh didesain unik menyerupai meja atau lemari, menjadikannya salah satu elemen tersulit dalam pengerjaan. Namun, seluruh proses dilalui dengan semangat gotong royong warga banjar dan ST.
Lewat karya ini, ST Dharma Santika berharap bisa mengedukasi generasi muda agar tidak melakukan hubungan di luar nikah dan menghindari tindakan aborsi.
“Kami ingin para remaja berpikir dua kali sebelum mengambil keputusan. Bayi yang lahir atau tidak lahir tetaplah manusia,” ujar Wahyu.
Sebagai bagian dari perayaan Tahun Baru Saka 1947, Ogoh-Ogoh Warak Keruron menjadi simbol penyucian dan perenungan spiritual setelah Nyepi. ST Dharma Santika berharap karya mereka bisa menjadi pengingat moral bagi masyarakat sekaligus memperkuat nilai-nilai adat Bali.
“Kami mohon restu agar karya ini bisa memberikan berkah dan mencegah kejadian-kejadian tragis seperti pembuangan bayi,” tutup Wahyu. *m03
Ogoh-Ogoh Denpasar 2025, Warak Keruron, ST Dharma Santika, ogoh-ogoh tema aborsi, Ogoh-Ogoh Tembawu Kelod, Ogoh-Ogoh Nyepi Denpasar, ogoh-ogoh inovatif kertas solex, budaya Bali, edukasi remaja Bali