Lanskap Bali Tak Bisa Hanya Benar Secara Akademis Wajib Dipertanggungjawabkan Secara Leluhur

6 days ago 2
ARTICLE AD BOX
MANGUPURA, NusaBali 
Para arsitektur atau desainer bidang lanskap yang berbasis alam dan budaya Bali mesti siap menghadapi segala tantangan. Mulai dari perubahan iklim, tekanan pembangunan, hingga degradasi budaya Bali. Setidaknya para desainer lanskap tak hanya mempertanggungjawabkan karya secara akademis, melainkan juga secara kaidah – kaidah yang diwariskan para leluhur Bali.

Pakar lanskap Dr Ir Drs I Nyoman Miyoga MM menekankan hal itu saat berbicara dalam acara ‘Talkshow dan Product Knowledge Indonesia Building For Infrastructure Resilience’ di 

Bali Sunset Road Vonvention Center, Kuta, Badung, Kamis (22/5) sore. Kegiatan serangkaian acara Home Deco Expo Bali 2025, digelar oleh Ikatan Pengusaha Bahan Bangunan Indonesia, Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII) Bali, Asosiasi Dosen dan Pengajaran Ketahanan Nasional (Aptannas). 

Nyoman Miyoga menyitir lanskap/taman di Bali yang dibangun para tetua Bali berlandaskan semangat kearifan lokal dan keseimbangan sekala - niskala. Seperti, Taman Ayun di Badung yang menyatu dengan pura menjadi Pura Taman Ayun. Taman Ujung dan Taman Tirta Gangga di Karangasem, serta banyak lagi taman serupa lainnya. Tak hanya estetik, taman-taman di Bali menjadi bagian penting dalam menjaga tradisi puja umat Hindu Bali (kaniskalaan). Secara sekala, air di taman ini tak hanya dimanfaatkan untuk kesejukan area dan menstimulasi ruang suara gemercik. Dalam konsep tetamanan secara Bali, air juga direpresentasikan secara niskala berupa kesucian dalam bentuk tirta peleburan mala. Bahkan tirta sebagai persembahan suci kepada Ida Sanggayang Widhi Wasa/Tuhah Yang Maha Esa. ‘’Leluhur Bali itu sangat cerdas dalam menjaga keseimbangan dan kearifan lokal, meskipun baru di tahap area taman. Konsep ini yang harus terus kita lestarikan dalam keberlanjutan lanskap Bali masa depan,’’ jelasnya.

Beberapa model lanskap hotel di Bali yang termuat dalam buku ‘Sustainable Paradise: Landscape Architecture in Bali’. –IST 

Talkshow dihadiri sejumlah pengusaha, praktisi lanskap, arsitek, mahasiwa jurusan arsitektur, desain dan interior. Sebagai praktisi, Nyoman Miyoga memberikan panduan komprehensif kepada para arsitek muda, penata taman, peneliti, dan siapa pun yang berkiprah pada persimpangan antara desain, alam, dan tradisi. Dia pun membebera materi buku berjudul "Sustainable Paradise: Landscape Architecture in Bali", yang ditulisnya bersama dua arsitek berbasis budaya Bali, Ngakan Ketut Acwin Dwijendra dan I Made Lingga Prayoga. 

Buku tersebut mengeksplorasi pendekatan inovatif terhadap arsitektur lanskap berkelanjutan yang berakar kuat pada warisan budaya dan lingkungan ala Bali. Prinsip-prinsip arsitektur lanskap berkelanjutan sangat menekankan pentingnya melestarikan ekosistem unik Bali di tengah pesatnya urbanisasi dan pertumbuhan pariwisata. Strategi ini mengacu pada filosofi tradisional Bali Tri Hita Karana dengan visi laras-imbang antara manusia, alam, dan Tuhan. Visi ini pula menjadi sebuah cita-cita mulia nan praktis yang diintegrasikan dalam dunia taman, kebun, dan ruang publik di Bali. 

Dalam buku ini, Nyoman Miyoga dan dua rekannya, memulai dengan bahasan tentang sejarah arsitektur lanskap di Bali. Mereka juga mengembangkan tradisi yang terintegrasi dalam desain modern. Prinsip-prinsip lanskap keberlanjutan menjadi fokus dalam buku ini. Mulai dari penggunaan tanaman asli Bali, konservasi air, dan meminimalkan limbah. Dilengkapi pula studi kasus dan panduan praktis tentang penerapan lanskap model Bali untuk resor ramah lingkungan, taman umum, dan ruang hijau. 

Menurut Nyoman Miyoga, peran material lokal, teknik bangunan tradisional, fitur air, seperti kolam dan sawah terasering, amat penting dalam meningkatkan keseimbangan ekologi dan daya tarik estetika pada lanskap Bali. Elemen-elemen ini sangat kuat berkontribusi untuk keberlanjutan ekosistem sekaligus merayakan identitas budaya Bali.

Keterlibatan masyarakat lokal tentu tak bisa diabaikan, terutama seniman Bali dalam mewujudkan desain partisipatif. Pendekatan ini memastikan kepekaan budaya dan memberdayakan penduduk untuk menjaga dan melindungi lingkungan sekitar. ‘’Oleh karenanya, lanskap Bali itu tak cukup berfokus pada keanekaragaman hayati, namun juga konservasi hayati dan budaya lokal. Seniman-seniman Bali mesti diberi ruang dalam setiap mewujudkan lanskap Bali ini,’’ pesannya. 

Buku ini juga merinci strategi untuk melestarikan spesies tanaman asli, menciptakan habitat satwa liar, dan mempromosikan keanekaragaman hayati dalam lanskap perkotaan. Namun ada tantangan kontemporer, seperti perubahan iklim yang harus disikapi untuk menyeimbangkan pembangunan. Caranya, desain lanskap mesti bersemangatkan konservasi, menawarkan solusi inovatif seperti integrasi energi terbarukan, bahkan pemanenan air hujan dan infrastruktur hijau. 

‘Sustainable Paradise’ juga mangajak masyarakat terutama insan lanskap untuk mengadopsi praktik ekosistem berkelanjutan. Pendekatannya mesti holistik yakni menggabungkan pengelolaan lingkungan, pelestarian budaya, dan kesejahteraan masyarakat untuk menciptakan masa depan Bali yang tangguh dan harmonis. Buku ini tak hanya menginspirasi para desainer dalam menciptakan lanskap berkelanjutan, namun narasi yang dibangun penulis sangat menghargai kekayaan warisan Bali, sekaligus mengatasi tantangan lingkungan yang kian krusial. Penulis menawarkan siasat kebudayaan dengan menjembatani praktik tradisi dan inovasi berkarya hingga para arsitektur dan desainer berkontribusi untuk lanskap berkelanjutan. Desain berkelanjutan mengacu konsep McLennan (2004), yakni mempertimbangkan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam jangka panjang. Desain ini tidak hanya fokus pada estetika, tetapi juga bertobat pada dampak negatif terhadap lingkungan melalui penggunaan sumber daya yang efisien dan ramah lingkungan

Nyoman Miyoga dan rekannya sepakat dengan pemikiran Yeang (2006), yang mengedepankan prinsip efisiensi energi melalui penggunaan teknologi dan multistrategi dengan tetap memenuhi kebutuhan pengguna dan menjaga kenyamanan lingkungan. Buku ini dengan hard cover, 238 halaman, kertas Ap 120 grm, 4/4, dilengkapi 365 buah foto berwarna karya eksklusif dari 25 fatografer profesional. Buku dapat dipesan via wa ‪+62 813-3872-3780‬ atau shopee.7i nyoman wilasa
Read Entire Article