Siswa Bina Bangsa School Belajar Nyurat Aksara di Museum Lontar

3 weeks ago 5
ARTICLE AD BOX
Kegiatan itu merupakan rangkaian field trip atau studi lapangan bagi siswa sambil belajar langsung. 87 siswa kelas IX yang mengikuti field trip. Semua siswa ini keturunan warga negara asing, yakni dari Jepang, Korea, China, Hongkong, dan gurunya kebanyakan dari luar negeri juga.

Pimpinan Rombongan Christian menerangkan field trip dilaksanakan setiap tahun, sebelumnya mengunjungi GWK, penangkaran penyu di Pulau Serangan, kemudian terakhir ke Museum Pustaka Lontar mengenal sejarah dan tata cara membuat daun lontar dan menulis di daun lontar.

Selama belajar menulis di daun lontar yang beralaskan bantal, dulang dan alat tulis berupa pisau, dipandu I Gede Arta dan I Nyoman Sutrisna. Kegiatan dibantu penyuluh bahasa Bali Ni Nyoman Sri Yuli Tri Sutami, Ni Luh Putu Rika Darmayanti, Ni Luh Widiastiti, Ni Nyoman Yeni Suantari R dan I Komang Rana. Turut memantau kurator lontar Ida I Dewa Gede Catra.

Penyuluh bahasa Bali memberikan arahan tata cara menulis di daun lontar, mulai dari cara pegang pisau, cara menggoreskan pisau, dan cara memegang di bagian daun lontar. "Nanti sepulang dari field trip, siswa wajib buat laporan dalam bahasa Inggris. Sebab, sehari-hari bahasa pengantar di sekolah gunakan bahasa Inggris," jelas Christian.


Kegiatan itu mirip pembelajaran IKM P5 (implementasi kurikulum merdeka, proyek penguatan profile pelajar Pancasila), yang dipraktekkan di sekolah reguler pada umumnya, khususnya gaya hidup berkelanjutan. Tetapi Christian mengaku tidak mengenal pembelajaran itu.

Suasana di Museum Pustaka Lontar itu, sepintas mirip ada kegiatan out bound, dari pagi sampai sore. Siswa itu dibagi tiga kelompok, ada yang belajar nyurat aksara, melakukan survei mengenai sejarah museum tersebut dan ada yang belajar menari kecak.

Bendesa Adat Dukuh Penaban Jro Nengah Suarya didampingi Penyarikan I Nengah Sudana mengapresiasi semangat siswa kelas IX, antusias belajar menulis di daun lontar. Walaupun selama ini tidak pernah mengenal namanya lontar, langsung berani mencoba nyurat aksara.

"Di sini selalu tersedia fasilitas untuk nyurat aksara di daun lontar, mulai dari dulang sebagai alas utama, lalu bantalan, pisau dan daun lontar," katanya.

Sebab, kebanyakan wisatawan yang datang, mencoba nyurat di daun lontar, dan rata-rata pengunjung merasa terkesan. Apalagi mampu nyurat namanya sendiri di daun lontar.7k16
Read Entire Article