Harga Babi Melambung, Pedagang Babi Guling Menjerit

2 weeks ago 2
ARTICLE AD BOX
Seperti diungkapkan pemilik usaha warung makan Babi Guling Niki Bu Komang, I Made Sudiarta, 60, di Jalan Jenderal Sudirman, Lingkungan Satria, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana, Jembrana, Rabu (30/10). Menurutnya, harga babi di pengusaha ternak telah menembus kisaran harga Rp 56.000-57.000 per kilogram (kg).  "Biasanya normal Rp 37.000 (per kg). Naiknya bertahap sejak sekitar 3 bulan lalu," ujarnya.

Di tengah ketatnya persaingan usaha warung makan babi guling saat ini, Sudiarta mengaku tetap berupaya melayani pelanggan yang biasa membeli porsian Rp 10.000. Namun untuk porsi dagingnya terpaksa dikurangi. Sementara untuk harga makan di tempat tanpa ada perubahan porsi terpaksa harus dinaikan. "Makan di tempat plus minum kita dari Rp 25.000, sekarang Rp 30.000. Itu pun masih tetap tipis (untungnya, red). Kalau nanti kita layani ," ucapnya.

Sudiarta mengaku sangat pusing dalam menghadapi situasi ini. Sejak mengurangi porsi, ia pun mengaku mengalami penurunan omzet mencapai 30 persen. "Dulu bisa motong dua ekor, sekarang hanya satu. Banyaj juga yang komplain. Makanya saya sekarang ini pusing bagaimana cara biar tetap bertahan. Apalagi kita juga ngajak karyawan," kata Sudiarta.

Menurut Sudiarta, ada beberapa penyebab kematian harga babi ini. Pertama, dirinya menilai ada pengaruh dari virus African Swine Fever (ASF) yang juga sempat mewabah di Indonesia. Di samping itu, dirinya menilai saat ini banyak babi dari Bali dibawa ke luar pulau dengan harga jual yang jauh lebih tinggi.

"Kita berharap dari pemerintah biar bisa ngatur untuk terpenuhi dulu kebutuhan lokal sehingga harga lebih murah. Biar dicarikan solusi agar peternak enak, tetapi kita juga tidak sengsara. Harapannya biar bisa kembali normal," ucap Sudiarta. 

Hal senada juga diungkapkan pengusaha warung babi guling lainnya, Meylani Puspa Anggreni, 31. Pengusaha warung babi guling di barat Tugu Jam Banjar Tengah, Kecamatan Negara, ini mengaku terpuruk dalam menghadapi situasi kenaikan harga babi. "Dengan siasat yang saya buat mempengaruhi konsumen. Jadi harga saya naikan, konsumen menurun," ujarnya.

Meylani mengaku, kenaikan harga babi saat ini disinyalir karena banyak babi dari Bali yng dikirim ke luar pulau. Hal itu pun memicu kelangkaan babi dan akhirnya harga babi di Bali sendiri menjadi mahal. "Kita berharap pengiriman babi ke luar biar lebih dikontrol lagi. Kalau memang babi dari Bali, biar di Bali saja. Biarkanlah yang di luar memenuhi kebutuhannya sendiri," ucapnya. 

Sementara salah satu supplier babi guling di Jembrana, Gede Eka Ardiawan, 38, saat dikonfirmasi NusaBali, mengaku bahwa persoalan kenaikan harga babi saat ini, disebabkan kelangkaan di lapangan. Dirinya yang biasa menyuplai babi mentahan ataupun babi guling ke sejumlah warung babi guling di Jembrana, mengaku bahwa stok indukan babi di peternak tradisional ataupun peternak besar di Jembrana telah menipis.

"Penyebabnya memang babi tidak ada. Saya sendiri sampai mau coba cari babi ke kandang yang peternakan besar juga tidak dapat. Tadi maunya cari 2 ekor dan harganya juga gila-gilaan, tapi dibilang sudah habis dipesan sama Aroma, Denpasar. Informasinya, babi yang di daerah lain juga menipis sehingga yang dari Tabanan dan Denpasr juga nyari babi ke sini (Jembrana)," ucapnya.

Eka mengaku, lonjakan harga babi di Jembrana ini tentunya sangat dirasakan para pengusaha warung babi guling. Termasuk dirinya yang biasa menerima pesanan babi guling juga kesulitan menjalankan usahanya.

"Sekarang cari babi di rumah-rumah (peternak tradisional) juga sulit. Intinya memang babi sudah langkah. Salah satu penyebabnya juga ada virus (ASF) yang banyak membuat peternak kecil tidak berani lagi melanjutkan usaha babinya. Kemudian ditambah kemarin Galungan, terus habis uncal balung banyak yang punya hajatan, jadi makin sulit," ujarnya.7ode
Read Entire Article